Pengingat dalam Mengkonsumsi Sari Buah Merah
Kandungan senyawa yang berfungsi untuk pengobatan dalam Buah Merah dan sari buahnya berbeda-beda. Pada buah segar tergantung dari tingkat kematangan dan tempat hidupnya. Sementara itu, pada sari buahnya tergantung pada proses pembuatannya. Perbedaan mencolok terutama pada kandungan tokoferol dan betakarotennya. Kedua senyawa ini akan larut jika dalam proses pemasakannya menggunakan panas yang tinggi dalam waktu yang lama.
Disebabkan perbedaan kandungan senyawa aktif ini, sampai sekarang belum ada patokan baku tentang dosis yang tepat dalam mengonsumsi Sari Buah Merah. Saat ini ada orang yang mengonsumsi satu sendok makan dengan interval 2-3 kali sehari dan ada pula yang mengonsumsi satu sendok teh dengan interval 2-3 kali sehari. Meskipun demikian, penderita suatu penyakit disarankan mengonsumsi Sari Buah Merah sebanyak satu sendok teh, 2-3 kali sehari dan orang yang sehat sebanyak satu sendok teh, 1-2 kali sehari.
Dianjurkan juga sebelum mengonsumsi Sari Buah Merah, sebaiknya mengetahui kondisi kesehatan, gula darah, asam urat, kolesterol, jantung, maag, tekanan darah, dan faktor kesehatan lainya. Kemudian agar lebih aman sebaiknya selang dua minggu setelah mengonsumsi Sari Buah Merah, kondisi kesehatan diperiksa lagi. Jika memang ada perubahan positif, konsumsi Sari Buah Merah ini bisa dilanjutkan. Namun, jika ada efek negatif sebaiknya dihentikan terlebih dahulu.
Jika penderita yang ingin mengonsumsi Sari Buah Merah masih dalam perawatan dokter, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter yang bersangkutan. Jika tidak, sebenarnya bisa juga mengonsumsi Sari Buah Merah, tetapi juga tetap mengonsumsi obat dari dokter, dengan catatan mengonsumsinya dua jam sebelum atau sesudah mengonsumsi obat dari dokter tersebut. Untuk menghilangkan rasa mual dan merasa nyangkut di tenggorok, sebelum minum Sari Buah Merah sebaiknya minum air putih hangat, begitu juga sesudahnya. Pemula disarankan mengonsumsi Sari Buah Merah sebelum makan. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah muntah-muntah dan makanan yang sudah dimakan terbuang, karena biasanya pemula akan merasa mual dan ingin muntah setelah mengonsumsi Sari Buah Merah.
Saran Untuk Konsumen
Pertanyaan pertama kali yang dilontarkan konsumen yang akan membeli Sari Buah Merah adalah masalah keasliannya. Pertanyaan tersebut sebenarnya adalah hak konsumen dan merupakan hal yang wajar jika dilontarkan kepada penjual atau produsen. Meskipun demikian, sebenarnya pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang sia-sia karena sebodoh-bodohnya penjual dan produsen, pertanyaan tersebut pasti akan dijawab dengan jawaban yang sudah pasti, yaitu "asli".
Sebenamya pertanyaan konsumen yang bijak adalah, dari mana asal buah yang diproduksi tersebut dan dari ketinggian berapa? Bagaimana proses pembuatannya? Berapa lama proses pemanasannya? Apakah sudah mendapat izin dari Departemen Kesehatan? Apakah sudah pernah diteliti kandungan kimianya dari proses pembuatan tersebut?
Sari Buah Merah yang berkualitas berdasarkan hasil penelitian yang sudah pernah dilakukan harus berasal dari Buah Merah dari tanaman yang ada di dataran tinggi, minimum 1.500 m dpi. Buah Merah yang ada di dataran rendah memiliki kandungan tokoferol dan betakaroten yang sangat rendah dan bahkan bisa tidak ada sama sekali. Buah Merah seperti ini bisa dijumpai pada Buah Merah di dataran rendah seperti Jayapura.
Proses pembuatan yang tidak higienis bisa mengakibatkan Sari Buah Merah terkontaminasi bakteri dan mikroba yang berbahaya bagi kesehatan. Proses pemasakan melalui pemanasan tinggi dalam waktu yang lama bisa mengakibatkan kandungan senyawa betakaroten dan tokoferolnya lenyap karena larut atau berkurang. Proses pemasakan menggunakan bahan dari besi dan alumunium juga bisa mengakibatkan Sari Buah Merah bereaksi dengan benda tersebut. Ini juga membahayakan tubuh karena Sari Buah Merah bisa mengandung peroksida.
Tips Memilih Sari Buah Merah
Mengetahui kualitas Sari Buah Merah yang baik bisa dilakukan dengan tiga cara, yaitu melihat, mencium, dan merasakannya dengan lidah.
A. Melihat Kualitas Sari Buah Merah
Sari Buah Merah yang berkualitas tidak terdapat endapan atau pasta. Hal ini bisa diketahui dengan cara melihatnya. Sari Buah Merah yang ada di dalam botol transparan bisa langsung diketahui dengan cara menyorotkan lampu senter atau lampu lain dan melihat bagian sisi sebaliknya. Jika terlihat ada endapan, kualitas Sari Buah Merah tersebut patut dipertanyakan karena kemungkinan endapan tersebut adalah pasta atau campuran minyak goreng.
Jika dituang di dalam piring atau sendok, Sari Buah Merah berwarna merah tua. Sari Buah Merah yang berwarna hitam menandakan gosong atau hangus saat proses pembuatannya. Sementara itu, Sari Buah Merah yang berwarna kekuningan menandakan proses pemasakannya terlalu lama dan merupakan minyak jenuh yang berbahaya bagi kesehatan. Minyak yang keruh menandakan masih banyak campuran pasta dan perlu diendapkan lagi.
B. Mencium Sari Buah Merah
Sari Buah Merah yang berkualitas tidak mempunyai bau sama sekali atau hanya ada bau gurih yang mirip bau pandan. Berbau busuk berarti Sari Buah Merah tersebut jelek. Sari buah seperti ini biasanya disebabkan proses pembuatannya tidak higienis atau terlalu banyak mengandung pasta. Bau Sari Buah Merah yang busuk menyerupai bau telur busuk. Berbau asam seperti bau cuka berarti Sari Buah Merah sudah rusak.
Berbau gosong atau hangus berarti Sari Buah Merah tersebut gosong karena proses pemasakannya dengan cara digoreng atau melalui proses pemanasan tinggi dalam waktu lama. Kandungan tokoferol dan betakaroten Sari Buah Merah seperti ini sudah berkurang banyak.
C. Merasakan dengan Lidah
Sari Buah Merah yang baik jika dirasakan dengan lidah tidak mempunyai rasa sama sekali. Saat ini Sari Buah Merah yang banyak beredar adalah dalam bentuk minyak. Rasa Sari Buah Merah dalam bentuk minyak sama dengan rasa minyak goreng biasa, tidak berasa sama sekali, baik manis, asam, asin, maupun asam.
Jika terasa asam, berarti Sari Buah Merah tersebut sudah busuk. Rasa manis atau asin berarti sari buah tersebut sudah tercampur atau dicampur dengan bahan lain, seperti gula, garam, atau zat lain.
(Sumber: Buku Keajaiban Buah Merah Kesaksian Dari Mereka Yang Tersembuhkan, Penulis Bernard T. Wahyu Wiryanta)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar